Kamis, 29 April 2010

Dia dan luka tidak kasat mata.

"Setiap kali aku ngeliat cewek cewek "type itu" mbak, aku selalu keinget lagi kejadian yang lalu.. Aku masih bisa ngerasain sakitnya disini" ujar dia sambil mengelus dada.
Hal itu memaksa aku untuk berimajinasi melihat luka yang masih menganga dah merah di hatinya, walaupun sebenarnya luka itu tidak kasat mata.

"Aku gak tau sampe kapan aku bisa lupain ini. Bisa normal kalo liat cewek "type itu", gak ngerasa ada pisau yang buka luka lama aku ini"

Dia mengisap dalam rokoknya, lalu menghembuskan pelan-pelan sambil menghela nafas.
Aku bisa melihat luka dan keperihan tersisa dimatanya. Tidak ada lagi kemarahan ataupun kebenciann seperti yang terlihat beberapa bulan sebelumnya.
Yah, yang tinggal hanya luka menganga yang tidak kasat mata.

Aku ingat pertemuanku beberapa bulan yang lalu dengan Dia. Dia adalah seorang perempuan yang duduk dipojok ruangan, dengan rokok di tangan kanan dan tissue di tangan kiri.
Jari tangan lentik itu bergetar setiap kali Dia mengangkat tangannya untuk menghisap racun nikotin yang ada dalam rokoknya.
Ku perhatikan Dia lebih jauh, sesekali dia mengusap butiran air mata sebelum jatuh menuruni pipinya. Yang tertinggal hanya sepasang mata bengkak, dengan lapisan air mata didalamnya.

Mata itu, tidak akan pernah aku lupakan. Mata yang menggambarkan gejolak perasaan yang sedang Dia rasakan. Marah, Sedih, Kecewa, Pengkhianatan, Kebencian, Jijik, semua bercampur menjadi satu dalam bening kesedihan di matanya.

Aku terdiam sesaat, haruskan aku menghampirinya? Sekedar mengdengarkan keluh kesah Dia? Di pihak lain, aku bahkan tidak mengenalnya.

Aku memutuskan untuk menghampiri Dia. Dengan senyum bersahabat yang terlihat penuh usaha untuk menutupi kesedihannya, Dia mempersilahkan aku duduk.
Aku menjelaskan padanya bahwa maksud aku menemui Dia hanya sekedar untuk menyediakan kuping untuk mendengar.

Saat itulah kesedihannya tumpah, air mata seakan tidak bisa dibendung lagi.
Batang demi batang rokok seakan-akan habis tertiup angin.
Dia merasakan apa sebagian orang sudah rasakan.
Makhluk paling kejam yang dinamai PENGKHIANATAN.

"Aku udah lakuin semua buat dia, dia sakit aku yang jagain, dia gak ada temen aku yang temenin, aku gak pernah nuntut macam-macam."
"Tapi gini balasan dia mbak, aku benar-benar gak pernah nyangka dia sanggup berbuat seperti itu"
Dia berusaha menceritakan perasaan nya dengan di selingi isak tangis dan isapan rokok light menthol nya.
Entah sudah berapa hari Dia tidak tidur, berapa banyak rokok yang dia habiskan, dan yang terpenting berapa banyak butiran air mata yang sudah keluar dari mata indah itu.
Mata indah, yang sekarang tertutup dengan seribu perasaan nelangsa.

Pengkhiatan dari orang yang paling Dia cintai, menyerusukkan Dia ke dalam jurang kesedihan yang paling dalam.
Dia adalah seorang gadis yang sangat menarik, tidak secantik foto model, tapi punya nilai tersendiri.
Yang membuat kejadian nya semakin mengenaskan, pacarnya mengkhianatinya dengan "cewek tipe itu"
Satu pukulan keras dan telak tepat di hatinya.

"Aku sakit mbak, aku kecewa, sedih, terluka, jijik, rasanya ada ribuan pisau yang nusuk-nusuk hati aku ini" sambil menahan air matanya.

Saat itu yang aku bisa aku lakukan hanya tersenyum dan mencoba menenangkan Dia.

Tanpa terasa hari sudah malam, dan restoran sudah harus tutup.
Kami bertukar nomer telepon, dan aku menegaskan padanya kapanpun Dia butuh kuping buat mendengarkan Dia bisa menghubungi aku.

Dua hari kemudian, ponsel ku berbunyi. Dia menghubungi ku.

"Aku sudah mutusin mbak, aku mau kasih dia kesempatan kedua dan terakhir untuk berubah."
"Aku cinta sama dia, dan aku tau dia ngelakuin itu tanpa disengaja"

Aku terdiam sesaat dan akhirnya aku bisa mengucapkan selamat padanya, selamat karena Dia bisa memaafkan dan memeberi kesempatan lagi.

Sekarang disinilah aku, duduk di restoran dan pojok yang sama seperti pertama kali kami bertemu.

Yang aku lihat didepan ku sekarang bukanlah gadis lemah, yang sedih memikirkan pengkhianatan pacarnya.
Dia adalah, gadis yang memiliki kebesaran hati luar biasa.
Gadis yang bisa memaafkan, mencoba mengumpulkan dan menata puing2 hati nya yang terlanjur pecah

Batinku mengiba, aku berharap Dia menemukan semua kepingan hati nya dan bisa merekatkannya kembali.

Satu hal yang aku tau, hati nya tidak akan pernah kembali seperti semula.
Bekas bekas luka pengkhianatan itu akan terus mengikutinya.
Hatinya tetap akan berbekas, dan sewaktu-waktu bekas itu akan menghasilkan nyeri.
Mungkin tidak sesakit sebelumnya, tapi cukup mengganggu.

Aku hanya bisa mendoakan, semoga waktu bisa menyembuhkan hati nya.
Moga-moga waktu bisa menyembuhkan luka tidak kasat mata itu..